Search

Minggu, 28 September 2014

8 Aktivitas yang Harus Dilakukan Pria Sebelum Menikah

Pernikahan adalah awal dari perjalanan panjang dalam hidup bersama pasangan. Terkadang bagi pria, pernikahan menjadi momok yang menakutkan. Alasannya, setelah menikah nanti mereka tidak lagi bisa sebebas saat masih lajang.

Memang ada beberapa hal tertentu yang tidak bisa dilakukan lagi setelah menikah. Tapi jangan sampai Anda sebagai pria merasa terbatasi dan tidak bebas. Dengan komunikasi yang baik bersama pasangan, hal-hal tersebut bisa dikompromikan lagi.

Seperti yang dilansir oleh Boldsky.com, ada beberapa hal penting yang harus dilakukan pria sebelum menikah. Sebab, saat menikah, intensitas seperti ini pasti akan berkurang.

Berikut ini hal-hal yang sebaiknya dilakukan sebelum menikah:

1. Hangout dengan teman-teman Anda
Anda bisa kembali menghubungi teman-teman Anda saat masih sekolah atau kuliah dulu. Dari sekadar menanyakan kabar sampai mengajak mereka untuk reuni lagi.

Mengapa? Karena setelah menikah, kesempatan untuk lebih banyak berkumpul dengan teman-teman lama Anda akan lebih berkurang.



2. Mulai kurangi kebiasaan mengumpat kasar
Selain tidak sopan, jika kebiasaan ini terus-menerus dilakukan maka kemungkinan pasangan Anda tidak akan suka dan bisa jadi menimbulkan perselisihan dengannya. Setelah menikah banyak hal-hal berubah drastis.

Sebaiknya Anda bisa pelan-pelan beradaptasi dan mengubah kebiasaan-kebiasaan jelek demi harmonisnya hubungan Anda dengan pasangan.
3. Mengatur keuangan 
Tujuannya agar keuangan dalam rumah tangga nantinya pun tetap stabil. Jika Anda belum bisa mengatur keuangan dengan baik, Anda sebaiknya tidak memaksakan diri untuk menikah sampai benar-benar siap, termasuk siap dalam hal finansial.
4. Mulai ikut belajar memasak
Nantinya hal ini bisa membantu keharmonisan hubungan Anda dan pasangan. Seringkali pria mengabaikan hal ini dan menganggap memasak hanya aktivitas untuk wanita saja. Padahal dengan memasaka bersama bisa menjadi aktivitas romantis yang semakin membuat hubungan Anda makin bahagia.
5. Puaskan travelling
Setelah menikah, kesempatan untuk melakukan destinasi wisata sendiri atau dengan teman-teman otomatis akan berkurang. Waktu Anda sebagian besar pasti akan terfokus pada rumah tangga. Oleh karena itu, alangkah baiknya sebelum Anda menikah untuk memuaskan diri melakukan traveling ke berbagai destinasi wisata menarik yang belum dikunjungi. Perjalanan traveling ini juga akan mengubah jalan pikiran Anda dalam memandang hidup ke depannya.

6. Hobi
Mulai pelajari dan lakukan hal-hal yang selama ini menjadi minat Anda, entah itu belajar seni bela diri, mempelajari alat musik, seperti gitar, atau hobi lainnya. Setelah menikah Anda tidak akan mendapatkan lebih banyak waktu lagi untuk rutin melakukannya.

Sumber : http://life.viva.co.id/news/read/542720-8-aktivitas-yang-harus-dilakukan-pria-sebelum-menikah?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook

Kamis, 27 Maret 2014

Mengapa Pria Sebaiknya Menikah pada Usia 25, Wanita 21?


Menikah berarti siap menjadi orangtua tidak sekadar 1-2 tahun, tetapi seumur hidup. Karenanya, untuk menghadapi kondisi tersebut, seseorang memerlukan kesiapan mental yang tangguh. Hal tersebut yang mendasari usia pernikahan minimal 21 tahun bagi wanita, dan 25 tahun bagi pria. 

“Usia memang tidak menjadi dasar mutlak kesiapan mental. Namun dengan batas tersebut diharapkan pengalaman dan kesiapan mental lebih baik, dibanding usia yang lebih muda. Selain tentunya kesiapan dari aspek medis,” kata psikolog Ana Surti Ariani dalam kelas parenting New Parents Academy sesi Psikologi Pernikahan, Minggu (16/3/2014). 


Siap menjadi orangtua

Bila pasangan menikah sebelum usia 21 dan 25 tahun, Ana menyarankan keduanya menunda memiliki anak. Dengan penundaan tersebut keduanya bisa saling menyusun pola pendidikan untuk anaknya kelak. Keduanya juga bisa menyiapkan mental menghadapi proses tumbuh kembang anak. Selama penundaan, calon orangtua juga bisa menentukan pola pengasuhan yang hendak diterapkan pada anaknya. 

Parentingadalah pilihan dan orangtua bisa menentukannya dengan berbagai pertimbangan. Dengan kesiapan mental, diharapkan orangtua tahu bagaimana efek pengasuhan tersebut pada anaknya,” tutur Ana.
 
Bila mengetahui efek penerapan parenting maka orangtua tidak akan asal pilih. Orangtua juga tidak akan menerapkan pengasuhan hanya karena terbiasa. Selanjutnya orangtua akan menerapkan keputusan tersebut dengan benar. Tentunya orangtua juga memasukkan lingkungan sekitar dalam pertimbangan parentingyang dilaksanakan, misal keluarga dan asisten rumah tangga.

Siap berkorban dan lebih percaya diri

Selain memilih pola parenting, kesiapan mental akan membimbing calon orang tua mempersiapkan "pengorbanan" yang harus dilakukan. Misalnya mengorbankan waktu yang tadinya lebih banyak untuk dirinya untuk selalu memprioritaskan anaknya. Kesiapan mental juga menyebabkan orangtua selalu percaya diri dalam mengambil keputusan.
 
“Rasa percaya diri inilah yang menyebabkan orangtua tidak mudah kalah, sehingga tidak mengabulkan apapun yang diminta anak. Hal ini memungkinkan pengasuhan selalu dalam pola yang sudah ditetapkan. Percaya diri sekaligus mencegah orangtua menjadi permisif pada anak,” tutur Ana.

Siap memahami anak

Menjadi orangtua, kata Ana, merupakan keharusan untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan. Keterampilan memungkinkan orangtua selalu bisa berkomunikasi, dan memahami apa yang dirasakan anak.
 
Yang tak kalah penting, kematangan mental memudahkan orangtua menerima pilihan anak ketika dewasa. Meski tak sesuai rencana awal, orangtua tetap harus memastikan anaknya bahagia dengan jalan yang dipilihnya. Dengan cara ini, anak akan bisa menjalani kehidupannya dengan baik ketika beranjak dewasa.
 
“Sampai kapanpun kita adalah orangtua dari seorang anak. Tugas orangtua adalah menyediakan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Selanjutnya orangtua harus berlapang dada menerima keputusan anak, walau tak sesuai harapannya,” kata Ana.